Kota Pekalongan Jadi Lokasi Penelitian Budidaya Sorgum

KOTA PEKALONGAN – Kota Pekalongan menjadi salah satu dari 10 daerah di seluruh Indonesia yang menjadi lokasi penelitian pengembangan budi daya tanaman sorgum oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian.

 

Penanaman sorgum di Kota Pekalongan ini ternyata telah dimulai sejak sekitar dua bulan lalu. Lokasinya berada di lahan seluas sekitar 2.000 meter di areal kebunn Bibit Kantor Dinas Pertanian dan pangan di kuripan Kertoharjo, Kecamatan Pekalongan Selatan.

 

Hal ini terungkap dari pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dan sosialisasi tanaman sorgum di Kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kota Pekalongan, Rabu (19/7). Kegiatan diikuti sedikitnya delapan perwakilan kelompok tani di Kota Pekalongan maupun para penyluh pertanian setempat.

 

Acara ini sendiri terselenggara berkat kerjasama Dinas Pertanian dan pangan kota Pekalongan dengan Kementerian Pertanian, yakni dengan Balai Besar Biogenetik Bogor serta Balai Penelitian Tanaman Sorgum Maros Sulawesi Selatan.

 

Menurut peneliti dari Balai Penelitian Tanaman Serealia balai Besar Bioteknologi dan Sumber Daya genetik Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, Dr Amin Nur, tanaman sorgum punya potensi sangat besar untuk dibudidayakan di masa-masa mendatang.

 

Namun perlu disosialisasikan dan digencarkan, lantarkan tanaman sorgum belum begitu populer di Indonesia. Tanaman sorgum juga sempat gencar dipromosikan oleh Dahlan Iskan sewaktu menjabat sebagai Menteri BUMN. “Saat ini Kementerian Pertanian sangat konsen terhadap tanaman sorgum sebagai salah satu sumber diversifikasi pangan. Kementan lebih mengarahkan pengembangan budidaya tanaman sorgum di wilayah indonesia timur. Saat ini Kementan sedang memberikan pendampingan ke petani untuk budidaya tanaman sorgum di lahan seluas 1.000 ha di NTT. Kenapa di sana? Karena di sana biji sorgum dijadikan sebagai sumber pangan utama,” paparnya.

 

Dia menerangkan bahwa sorgum yang merupakan tanaman jenis serealia ini punya banyak keunggulan dibanding tanaman jenis lain. Semua bagian tanaman sorgum memiliki nilai ekonomi. “Tanaman sorgum biasa diistilahkan dengan tanaman 3F, yaitu untuk food (pangan), feed (pakan), dan fuel (energi),” jelasnya.

 

Dikatakan demikian karena tanaman sorgum ketika sudah mencapai masa fisiologis atau panen biji, tanaman tersebut punya puncak kandungan nira tinggi pada batangnya. Nira tersebut bisa dimanfaatkan sebagai sumber gula cair maupun gula kristal. Bisa pula diolah menjadi bioethanol sebagai sumber energi atau bahan bakar, tergantung mau diolah menjadi apa,” imbuhnya.

 

Setelah diperas niranya, ampas dari batang tanaman sorgum itu bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak. Sedangkan biji tanaman sorgumnya, bisa diolah sebagai sumber pangan pengganti beras ataupun diolah menjadi tepung. Sedangkan teknik dan produksi tanaman sorgum tergolong mudah. Apalagi sorgum termaduk sebagai tanaman yang punya data adaptasi tinggi, khususnya di daerah marginal dan lahan kering. Dari masa tanam sampai panen membutuhkan waktu singkat, maksimal 110 hari.

 

Untuk satu haktare tanaman sorgum, katanya, rata-rata bisa menghasilkan 4 ton biji kering sorgum. “Potensinya bisa mencapai 6-7 ton per hektare. Biji kering tanaman sorgum ini, bisa diolah menjadi berbagai macam. Tergantung mau diarahkan ke mana, apakah akan dijadikan tepung, atau sebagai beras, atau diolah sebagai bahan baku pembuatan kecap untuk menggantikan kedelai,” bebernya.

 

Mengenai alasan pemilihan Kota Pekalongan menjadi salah satu lokasi utnuk penelitian tanaman sorgum, menurut Amin Nur karena alasan dalam rangka melepas atau merilis barietas unggul tanaman sorgum baru. “Kota Pekalongan kita ambil sebagai salah satu tempat yang mewakili Jawa Tengah, karena kementan butuh minimal 8 sampai 10 lokasi di seluruh Indonesia,” ungkapnya.

 

Kita memilih lokasi ini karena juga ada akses. Kita tidak akan memilih lokasi apabila tidak ada akses maupun tanggung jawab. Jadi, ada akses dan tanggung jawab. Ini ada 12 jenis tanaman sorgum. Nanti apakah ada 1 atau 2yang bisa dijadikan sebagai varietas unggul baru untuk disertifikasi. Mulai tanamnya bareng, perlakuannya sama, nanti dilihat seperti apa hasilnya. Yang di Kota Pekalongan tinggal satu bulan lagi panen, karena sekarang sudah berumur 65 hari,” sambungnya.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan pangan Kota Pekalongan, Agus Jati Waluyo, menyambut baik inisiatif dari Balitbang kementan untuk mencoba bertanam sorgum di Kota Pekalongan. “jujur, ini baru pertama. Keuntungan di kita, masyarakat jadi tahu bagaimana membudidayakan sorgum sebagai alternatif pemanfaatan lahan, utamanya layan yang ksulitan air,” katanya.

 

Dengan adanya penelitian yang mengambil tempat di Kota Pekalongan itu, ungkap Agus Jati, berarti Kota Pekalongan sudah ikut ambil bagian dalam merumuskan rekomendasi budi daya sorgum untuk kesejahteraan masyarakat di indonesia, terutama di lahan-lahan kering. “Para petani juga jadi tahu, apa sih sorgum, keuntungan menanam sorgum, dan sebagainya. Nanti kalau panen, kelompok tani kita hadirkan lagi agar bisa melihat hasilnya secara langsung,” pungkasnya. (way)

 

 

 

(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 20-07-2017)