FK Metra Terus Optimalkan Diseminasi Informasi Lewat Kesenian Rakyat

Setelah dibentuk sejak tahun 2017, saat ini sebanyak 11 kelurahan kota Pekalongan telah membentuk Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) di bawah naungan Dinas Komunikasi dan Informatika (Dinkominfo) setempat sebagai mitra pemerintah daerah untuk menyampaikan kegiatan dan programnya yang dikemas melalui media tradisional yaitu kesenian rakyat.
"Peran FK metra sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah terutama dinkominfo untuk melakukan diseminasi informasi ke masyarakat, mendukung apapun program pemerintah kemudian kita olah untuk kita sampaikan ke masyarakat dengan cara yang lebih familiar dengan mengadakan pentas pertunjukan kesenian," kata ketua FK Metra Pekalongan, Nur Ali Hakim saat dikonfirmasi melalui telepon kemarin.
Di awal pembentukannya terdapat 7 kelurahan yang turut berpartisipasi antara lain kelurahan Sapuro Kebulen, Bendan Kergon, Podosugih, Kuripan Yosorejo, Gamer, Pasir Kraton Kramat dan Panjang Wetan. Kemudian hingga tahun 2022, 4 kelurahan menambah jumlah FK Metra Pekalongan yaitu kelurahan Tirto, Pringrejo, Noyontaansari dan Setono.
Disampaikan Ali, sebelum pandemi, pihaknya telah melakukan sejumlah sosialisasi dan mengadakan pentas di lingkungan masing-masing, namun selama pandemi tidak banyak kegiatan yang dilakukan oleh FK Metra karena keterbatasan ruang gerak. Lebih lanjut, setelah melandainya kasus positif covid-19, saat ini Ali mendorong seluruh anggotanya untuk kembali mengaktifkan peran forum tersebut,salah satunya dengan berpartisipasi pada lomba film pendek dengan berkolaborasi dengan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang diadakan oleh Dinkominfo Provinsi Jawa Tengah belum lama ini yang berjudul "Kaca Benggala".
Kehadiran FK Metra sebagai partner pemerintah daerah secara tidak langsung membawa dampak positif bagi komunitas-komunitas kesenian yang ada di Kota Pekalongan.
Ali mengemukakan, sesuai dengan ketentuan, keberagaman unsur kesenian harus tercover oleh FK Metra, seperti unsur dialog, tari, musik tradisional dan folklor (cerita rakyat), "Informasi yang disampaikan dikemas dalam kemasan budaya tradisi, inilah yang menjadi tantangan bagi kami," bebernya.
Untuk menata dan meningkatkan kapasitas serta peran FK Metra, Ali berupaya mengadakan pertemuan rutin untuk memperkuat persamaan persepsi sesuai dengan tujuan awal yaitu mendiseminasi informasi, "Kalau kompetensi sekedar gebyar, tetapi yang lebih utama kita harus lebih pandai dan luwes menyampaikan informasi dan harus cepat menyatu dengan keadaan," pungkasnya.
"Peran FK metra sebagai kepanjangan tangan dari pemerintah terutama dinkominfo untuk melakukan diseminasi informasi ke masyarakat, mendukung apapun program pemerintah kemudian kita olah untuk kita sampaikan ke masyarakat dengan cara yang lebih familiar dengan mengadakan pentas pertunjukan kesenian," kata ketua FK Metra Pekalongan, Nur Ali Hakim saat dikonfirmasi melalui telepon kemarin.
Di awal pembentukannya terdapat 7 kelurahan yang turut berpartisipasi antara lain kelurahan Sapuro Kebulen, Bendan Kergon, Podosugih, Kuripan Yosorejo, Gamer, Pasir Kraton Kramat dan Panjang Wetan. Kemudian hingga tahun 2022, 4 kelurahan menambah jumlah FK Metra Pekalongan yaitu kelurahan Tirto, Pringrejo, Noyontaansari dan Setono.
Disampaikan Ali, sebelum pandemi, pihaknya telah melakukan sejumlah sosialisasi dan mengadakan pentas di lingkungan masing-masing, namun selama pandemi tidak banyak kegiatan yang dilakukan oleh FK Metra karena keterbatasan ruang gerak. Lebih lanjut, setelah melandainya kasus positif covid-19, saat ini Ali mendorong seluruh anggotanya untuk kembali mengaktifkan peran forum tersebut,salah satunya dengan berpartisipasi pada lomba film pendek dengan berkolaborasi dengan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang diadakan oleh Dinkominfo Provinsi Jawa Tengah belum lama ini yang berjudul "Kaca Benggala".
Kehadiran FK Metra sebagai partner pemerintah daerah secara tidak langsung membawa dampak positif bagi komunitas-komunitas kesenian yang ada di Kota Pekalongan.
Ali mengemukakan, sesuai dengan ketentuan, keberagaman unsur kesenian harus tercover oleh FK Metra, seperti unsur dialog, tari, musik tradisional dan folklor (cerita rakyat), "Informasi yang disampaikan dikemas dalam kemasan budaya tradisi, inilah yang menjadi tantangan bagi kami," bebernya.
Untuk menata dan meningkatkan kapasitas serta peran FK Metra, Ali berupaya mengadakan pertemuan rutin untuk memperkuat persamaan persepsi sesuai dengan tujuan awal yaitu mendiseminasi informasi, "Kalau kompetensi sekedar gebyar, tetapi yang lebih utama kita harus lebih pandai dan luwes menyampaikan informasi dan harus cepat menyatu dengan keadaan," pungkasnya.