Museum Batik Makin Diminati, Jumlah Pengunjung Terus Meningkat

KOTA PEKALONGAN – Museum Batik Pekalongan, menjadi salah satu destinasi wisata yang digemari wisatawan lokal hingga mancanegara. Sejak diresmikan oleh mantan presiden SBY pada 2006 silam, setiap tahun jumlah pengunjung selalu mengalami peningkatan mencapai 1.000-2.000 orang per tahunnya.

 

Data tersebut diungkapkan Pemandu Museum Batik, Pasattimur Fajar Dewa. Dikatakannya, tahun 2016 jumlah pengunjung mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu dari 18.000 menjadi 20.000 pengunjung. Tahun ini, pihak museum menargetkan 21.000 jumlah pengunjung. “Sedangkan wisatawan mancanegara per tahun bisa mencapai 200 pengunjung,” tuturnya kepada Radar Pekalongan, Senin (7/8).

 

Selain hanya untuk mengisi waktu libur, rata-rata pengunjung ingin belajar mengenai budaya batik lebih dalam saat menyambangi museum. Tidak hanya dari dalam kota, wisatawan dari luar kota pun rela berbondong-bondong menempuh jarak jauh untuk bisa mengunjungi museum. “Biasanya yang dari luar kota ke sini ada dua kemungkinan alasan. Mereka sengaja punya tujuan ke sini, atau mereka bepergian ke mana gitu pas kebetulan lewat pantura mereka mampir ke sini,” sambungnya.

 

Ditambahkan Fajar, Museum Batik paling ramai dikunjungi saat momen liburan, terutama pasca lebaran, akhir tahun, dan saat pekan batik nasional. Kondisi Museum Batik, baik secara penataan maupun koleksi, dikatakannya juga seringkali mengundang kekaguman dari para wisatawan utamanya dari mancanegara.

 

Yang kagum itu biasanya dari Jepang dan Korea karena mereka juga punya budaya kain tradisional. Selain itu Belanda juga seringnya tertarik karena batik pernah dibawa ke sana, dan mereka ke sini seakan punya ikatan saat melihat banyak bangunan Belanda di sini termasuk bangunan museum ini,” paparnya.

 

Selain hanya berupa pemeran, tambah Fajar, Museum Batik juga memiliki program-program pelatihan yang dapat dinikmati dan dipraktikkan secara langsung oleh pengunjung, terutama bagi kalangan pelajar guna mengisi pendidikan muatan lokal. Tak hanya didalam museum, pelatihan juga diadakan ke luar kota hingga luar pulau dalam program Goes to School sekaligus sebagai media promosi.

 

Menurutnya, saat ini pihak museum sedang fokus merambah media sosial sebagai upaya promosi untuk meningkatkan ketertarikan publik. “Sebenarnya ada banyak rencana. Hanya saja alokasi dana untuk promosi belum dipertimbangkan. Untuk saat ini lebih ke medsosnya dulu,” tutupnya. (mg1)

 

 

 

(SUMBER : RADAR PEKALONGAN, 08-08-2017)